Fakultas Kedokteran ULM

ABON TEMPE SEBAGAI INOVASI MENCEGAH STUNTING

HomeBeritaABON TEMPE SEBAGAI INOVASI MENCEGAH STUNTING

Kejadian stunting di seluruh dunia saat ini menjadi perhatian semua pihak. Hal ini dikarenakan angkanya yang masih cukup tinggi yaitu mencapai 22 persen atau sebanyak 149,2 juta jiwa (berdasarkan World Health Organization tahun 2020).

Sedangkan Indonesia menyumbang 21,6 persen kejadian stunting berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional tahun 2022.Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih berada di atas target WHO yaitu di bawah 14 persen.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama yang terjadi pada anak dibawah 5 tahun yang ditandai dengan panjang badannya berada di bawah standar yang dapat berdampak pada kondisi fisik dan mental anak.

Gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2 tahun. Namun, hal ini sering tidak disadari, atau malah disalah artikan sebagai perawakan pendek yang normal. Jika tidak ditangani dengan tepat, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang pada kesehatan anak.

Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Angkatan 24 FKIK Universitas Lambung Mangkurat melaksanakan Praktek Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Desa Antasan Senor Martapura Timur yang dimulai tanggal 5 Agustus sampai dengan 7 September 2024. Berdasarkan data pengkajian didapatkan bayi/balita yang mengalami stunting berjumlah 11 orang dengan ini mahasiswa menjalankan beberapa program kerja untuk membantu mengatasi beberapa masalah kesehatan di desa Antasan Senor. Untuk mencegah terjadinya stunting mahasiswa profesi ners ULM angkatan 24 mengadakan Program Kerja MATA PANCING (Makanan Tambahan Pencegah Stunting) Mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan mengenai Stunting dan mendemonstrasikan pembuatan Abon Tempe sebagai inovasi makanan untuk mencegah stunting. Mahasiswa menggunakan tempe karena tempe kaya akan nutrisi penting, seperti protein, karbohidrat, lemak, serat, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, zat besi, dan natrium.

Program MATA PANCING mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Acara ini dihadiri sekitang 28 orang yang antusias mendengarkaan dan juga melihat demonstrasi pembuatan abon tempe. Diharapkan Program ini dapat diaplikasikan oleh warga dan dapat mencegah kejadian stunting di Desa Antasan Senor Martapura Timur.

Selain MATA PANCING mahasiswa juga mengadakan program kerja lain seperti KOPI DAN SUKUN (Kontrol Hipertensi Dengan Seduhan Kunyit) mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan tentang hilertensi dan juga memperagakan pembuatan seduhan kunyit sebagai terapi untuk mengontrol hipertensi. MARKISA HAMBAR ( Mari PERIKSA KESEHATAN BERSAMA) Berkeja sama bersama pihak Puskesmas martapura Timur dan Kader Desa melakukan Pemeriksaan Kesehatan gratis.BUAT SENSASI (Buah Hati Sehat Dengan Imunisasi) mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi bagi bayi/balita.BERKOKOK ( Bersama Kurangi Rokok) mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok dan juga memberikan terapi pengganti rokok dengan permen karet.