Poster Ucapan Mahasiswa Penerima Beasiswa IISMA ULM 2022
Banjarbaru – Pada pertengahan tahun 2022 ini Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat berhasil mengirim salah satu orang mahasiswinya yaitu Ulfiyah Nanda Firman Angkatan 2019 yang terpilih menjadi penerima program beasiswa Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) tahun 2022.
Dikutip dari halaman website Indbeasiswa.com, Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 bertujuan untuk memberikan hak dan kesempatan bagi mahasiswa mengembangkan kompetensi dan pengetahuan, serta memberikan pengalaman studi di perguruan tinggi luar negeri sebagai implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kemendikbudristek. Melalui program IISMA, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah untuk pengembangan diri yang diminati dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di perguruan tinggi mitra di luar negeri dan perguruan tinggi asal mahasiswa.
Dalam Program IISMA mahasiswa dapat menempuh pembelajaran di perguruan tinggi di luar negeri yang menjadi mitra Kemendikbudristek RI selama satu semester yang dapat disetarakan hingga 20 SKS. Mahasiswa akan mengambil 3-4 mata kuliah dari 10 mata kuliah yang ditawarkan perguruan tinggi mitra luar negeri dan berkuliah bersama mahasiswa asing lainnya di dalam kelas yang sama.
Adapun Cakupan Beasiswa IISMA :
- Biaya pendaftaran dan perkuliahan (tuition fee) di perguruan tinggi tujuan luar negeri
- Biaya perjalanan
- Tunjangan biaya hidup
- Asuransi kesehatan
- Biaya aplikasi visa
- Biaya tes PCR dan karantina
Dikutip dari halaman website Universitas Lambung Mangkurat (ULM), pada tahun ini ULM berhasil mengirim total 6 (enam) mahasiswa yang terpilih menjadi penerima program beasiswa Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2022. 6 (enam) mahasiswa yang terpilih terdiri dari 2 (dua) mahasiswa Fakultas MIPA, 2 (dua) mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), 1 (satu) mahasiswa Fakultas Kedokteran, dan 1 (satu) mahasiswa Fakultas Hukum. Keenam mahasiswa ini nantinya akan diberangkatkan ke luar negeri untuk belajar di berbagai perguruan tinggi top dunia. Mahasiswa yang terpilih mengikuti program IISMA akan kuliah selama satu semester, yakni semester ganjil 2022/2023 di luar negeri yang menjadi mitra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan mereka nantinya akan disetarakan hingga 20 SKS.
Wakil Rektor Bidang Akademik ULM Prof. Dr. H. Aminuddin Prahatam Putra, M.Pd., dalam wawancaranya mewakili Rektor ULM menyampaikan rasa syukur dan bangga atas mahasiswa yang lolos dalam program IISMA. Melalui program ini, beliau berharap mahasiswa dapat membawa nama harum ULM dan bangsa Indonesia di tingkat internasional. “Harapannya mereka juga bisa membawa dan mengenalkan budaya Kalimantan Selatan kepada mahasiswa dari berbagai negara,” ucap Prof. Amin.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Humas Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc menuturkan, seleksi program IISMA tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan IISMA adalah program unggulan Kemendikbudristek untuk mendukung program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Sebanyak 2.500 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia bersaing mengikuti seleksi yang ketat. “Tahun ini peserta yang mendaftar ada 98 orang, hingga pada tahap interview tersisa 10 orang dan yang lolos ada 6 orang,” ucap Prof. Yudi.
Keberangkatan keenam mahasiswa ini rencananya dilakukan sekitar bulan Agustus 2022. ULM pun menyiapkan mahasiswanya dengan memberikan berbagai pengarahan dan pendampingan untuk mendukung kelancaran proses perkuliahan mereka di luar negeri nantinya.
Berikut enam mahasiswa ULM yang mengikuti program IISMA 2022:
Nama | Program Studi | Fakultas | Universitas Tujuan |
Hawairul Kamil | Ilmu Komputer | MIPA | National Taiwan University, Taiwan |
Ulfiyah Nanda Firman | Psikologi | Kedokteran | Universidad de Granada Spanyol, Spanyol |
Yukita Haura Anisa | Pendidikan Bahasa Inggris | FKIP | Michigan State University, Amerika Serikat |
Nisrina Najla Huwida | Biologi | MIPA | Middle East Technical University, Turki |
Yasmin Zeta Azzahra | Ilmu Hukum | Hukum | Sapienza University of Rome, Italia |
Ahmad Luthfi Mubarak | Pendidikan Bahasa Inggris | FKIP | Universiti Malaya, Malaysia |
Berikut adalah adalah cerita pengalaman pribadi dari awal sampai akhirnya menerima beasiswa tersebut yang di sampaikan Ulfiyah Nanda Firman yang merupakan mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran ULM :
Perkenalkan Nama Saya Ulfiyah Nanda Firman, Mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Angkatan 2019, biasa dikenal dengan Ulfiyah. Saya terpilih menjadi penerima Beasiswa IISMA ULM tahun 2022 dengan seleksi yang cukup panjang.
Empat tahun kuliah bukanlah waktu yang sebentar, namun bukan juga waktu yang lama. Sedari awal masuk kuliah, saya sudah menetapkan target capaian di tiap semester, termasuk untuk mengejar pertukaran pelajar internasional. Bagi saya, pertukaran pelajar keluar negeri adalah suatu batu loncatan untuk bisa menggali ilmu lebih luas dari apa yang dipelajari di negeri sendiri, berjejaring dengan berbagai orang, hingga menjelajahi budaya yang berbeda. Atas kesempatan ini, saya sudah mencoba berbagai program pertukaran pelajar yang ditawarkan bagi mahasiswa dan pemuda, namun semua berujung belum berhasil. Setiap kesempatan yang berpotensi untuk diperjuangkan terus saya coba, hingga program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) hadir dengan program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) pertama kali di 2021.
Serba Pertama Kali: Balada IISMA 2021
Perjalanan mendaftar di IISMA bukan perjalanan yang mudah bagi saya dan masih sulit untuk saya ceritakan lebih detail, sebab ini adalah kali kedua saya mendaftar setelah tahun lalu melalui berbagai lika-liku pendaftaran dan berakhir mendapat penolakan setelah melalui tahap akhir wawancara.
Pendaftaran pertama saya dimulai sekitar bulan Maret 2021, saya mendapatkan info mobilitas mahasiswa ini pertama kali melalui surat edaran dari kampus melalui program studi. Dari informasi tersebut, saya mulai mencoba menanyakan berbagai informasi dan persyaratan untuk mengikutinya. Karena IISMA baru pertama kali dilaksanakan saat itu, tidak sedikit informasi yang harus saya coba klarifikasi ke berbagai pihak untuk mendukung proses pendaftarannya. Semuanya masih saya coba ikuti informasinya termasuk untuk coba ikut tes berbahasa Inggris. Hingga pada Mei 2021, setelah peluncuran resmi perdana program IISMA saya mulai lebih gencar untuk mempersiapkan berkas. Berkas yang disiapkan saat itu ialah mulai dari surat rekomendasi bertanda tangan kepala KUI universitas asal, skor tes bahasa Inggris, transkrip akademik berbahasa Inggris, hingga esai motivasi pribadi yang terdiri dari empat pertanyaan. Melihat linimasa yang singkat dari IISMA, semuanya coba saya persiapkan dalam waktu kurang dari dua pekan, termasuk belajar untuk menghadapi tes Bahasa Inggris untuk meraih skor di atas batas minimal.
Saat mempersiapkan itu, tantangan terberat saya adalah saat mengurus Surat Rekomendasi. Surat Rekomendasi ini harus ditandatangani oleh Kepala Kantor Urusan Internasional universitas asal. Oleh karenanya, saya harus mencari kontak bagian KUI ULM lebih dulu. Saat itu, saya coba mencari kontak KUI ULM via laman web ULM dan Instagram, namun tak kunjung mendapatkan kontak pribadi. Sebenarnya mendatangi kampus di Banjarmasin bisa saja saya lakukan pada saat itu, namun kondisi pandemi yang membuat seluruh administrasi berjalan via daring dan posisi saya di Sulawesi membuat proses pencarian ini dua kali lebih berat karena harus menggantungkan diri pada koordinasi via daring.
Terima kasih kepada dosen dan staf program studi Psikologi, staf Fakultas Kedokteran, dan Ibu Diana dari Rektorat ULM, sehingga saya dibantu untuk mendapatkan kontak staf KUI setelah menghubungi berbagai pihak di hari tersebut. Seperti yang saya bilang di awal, bahwa dengan kondisi MBKM yang baru diterapkan serta program IISMA yang baru pertama kali dilakukan membuat baik pihak universitas maupun mahasiswa perlu untuk khusyuk dalam mengelola informasi. Setelah mendapatkan kontak KUI, satu informasi yang luput dari pencarian saya saat adalah ternyata ULM sendiri telah melakukan seleksi internal melalui tes TOEFL yang dilaksanakan, yang mana pada saat itu juga telah saya ikuti namun belum memenuhi standar untuk melaju ke tahap selanjutnya. Hal ini sontak menjadi dinding besar yang harus saya runtuhkan kembali karena semua berkas sudah saya kumpulkan tekecuali Surat Rekomendasi ini. Pun mengetahui tiket untuk mendapatkan Surat Rekomendasi itu hangus oleh tes yang saya lakukan sendiri sejak Maret lalu membuat saya merasa bahwa kesempatan saya mengikuti pertukaran pelajar sudah buyar pada saat itu.
Namun, sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang menjadi support system saya ketika itu. Tepat setelah mengetahui hal tersebut, saya tetap mencoba bergerak mencari cara agar mendapatkan Surat Rekomendasi. Saya tidak ingin menyia-nyiakan perjuangan yang saya lalui untuk bisa berada di titik itu untuk berakhir dengan kata ‘selesai’. Pun bila suatu saat memang harus selesai, saya tidak ingin kata ‘selesai’ saya berlabuh pada titik di mana saya belum melepas jangkar sama sekali. Saat itu saya berpegang teguh pada satu kalimat yang di setiap webinar sosialisasi IISMA saya ikuti selalu diucapkan, “Setiap mahasiswa berhak untuk mendaftar tanpa adanya batasan.” Kalimat ini kemudian membuat saya sedikit lebih berani untuk menghubungi Kepala KUI, Bapak Arief Budiman, dan menanyakan kondisi dan situasi saya saat itu. Alhamdulillah, bila saya ditanya masa yang paling melepaskan beban yang pernah saya lalui sepanjang pendaftaran IISMA, ini adalah masanya. Pak Arief saat itu cukup menanyakan sertifikat hasil tes berbahasa Inggris yang saya biayai secara pribadi (Certified Duolingo English Test), dan langsung memproses Surat Rekomendasi saya setelah mengetahui nilai saya di atas batas minimal pendaftaran. Pada baris tulisan ini, saya mendeklarasikan bahwa saya bisa mendaftarkan diri ke program mobilitas IISMA 2021 ini.
Bagi saya, kesempatan untuk mendaftar saja sudah menjadi suatu hak istimewa setelah melihat proses yang coba saya lalui selama 10 hari belakang. Menggali informasi dari berbagai sumber, berkomunikasi dengan pihak kampus, menyusun esai tentang pengalaman diri selama berkuliah di ULM, hingga memanfaatkan jejaring untuk meminta ulasan ke beberapa penerima beasiswa keluar negeri. Pun proses ini menurut saya lebih dari sekadar untuk mengejar kata ‘lulus’. Ini adalah tentang menghargai waktu, melatih keterampilan berkomunikasi, manajemen diri, termasuk perjalanan untuk mengenal diri sendiri.
Pada akhirnya, saya memiliki kesempatan menjadi 2000 kandidat yang melaju ke tahap wawancara dari 2500 pendaftar. Saat itu interviewnya dilakukan akhir Mei. Teknisnya adalah menanyakan tentang diri, universitas asal, universitas tujuan, hingga ambisi ke depan. Itu adalah pertama kalinya saya mengikuti wawancara beasiswa keluar negeri dengan sepenuhnya dilakukan dalam Bahasa Inggris. Mendapatkan jadwal wawancara di hari terakhir dan jadwal terakhir menjadi tantangan baru yang saya temui. Sebab bisa dibayangkan bahwa semua interviewer sudah cukup puas menggali karakter tiap calon awardee yang mereka interview. Jadi saya harus bisa menunjukkan sesuatu yang lebih matang dan bisa meyakinkan interviewer tersebut. Cukup gugup, namun saya berusaha untuk coba percaya dengan diri saya dan mencoba melakukan yang terbaik yang saya bisa.
Tiba di masa pengumuman, walaupun merasa cemas, saya masih bisa untuk cukup tenang atas kesempatan bisa mendaftar dan mencoba berserah diri sepanjang pendaftaran. Setelah membuka web IISMA, dengan lega saya mengetahui hasilnya bahwa saya belum diterima. Saya gagal untuk menjadi 1000 penerima beasiswa dari 2000 orang yang melaju ke tahap wawancara. Saya gagal untuk menempuh pendidikan ke luar negeri di tahun yang saya idam-idamkan.
Mungkin kesempatan mengembangkan diri keluar negeri belum bisa saya dapatkan, tapi mengembangkan diri juga bukan hanya ke luar negeri saja. Situasi ini seberusaha mungkin saya jadikan pembelajaran untuk mengetahui bahwa emosi yang kita rasakan pada saat itu valid adanya, namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah langkah selanjutnya apa yang harus saya lakukan. Oleh karenanya, untuk mencoba mengelola diri saya, saya mencari kesempatan pengembangan diri lain, yaitu melalui keikutsertaan di Magang Bersertifikat Kampus Merdeka, dan mempersiapkan lebih lagi diri saya untuk mencari kesempatan pertukaran pelajar lain.
Self-compassion yang Menjadi Angin Segar di Tahun 2022.
Pendaftaran IISMA kembali di buka tahun ini. Keinginan saya untuk menempuh studi di luar negeri masih terus saya coba cari setiap ada kesempatan. Selain IISMA, saya juga sudah dua kali mengikuti seleksi salah satu fellowship yang dilaksanakan oleh AMINEF dalam program Global UGRAD di tahun 2021 dan 2022, dan berakhir tidak diterima. Namun hal yang menguntungkan bila mengikuti proses adalah kita semakin terbiasa untuk menghadapi arena bertarung yang sama. Dari kegagalan-kegagalan tadi, saya semakin belajar untuk terus memperbaiki aplikasi pendaftaran saya tahun ini. Jadi bisa dikatakan bahwa untuk persiapan IISMA 2022 kali ini, saya tidak mengeluarkan usaha untuk beradaptasi dengan hal-hal baru terlalu banyak.
Semua proses yang sedikit banyaknya sudah cukup familier bagi saya tetap saya ikuti dengan teliti satu per satu. Mulai dari mempersiapkan berkas, menghubungi beberapa orang terkait, hingga menulis esai. Sejauh proses kemarin, saya lebih banyak mempersiapkan diri untuk mengikuti regulasi yang baru di tahun 2022 ini yang jauh lebih tertata. Di tahun ini, IISMA memiliki laman web tersendiri, beberapa dokumen pendaftaran juga ditambah sejak awal, seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian, Surat Keterangan Bebas Narkoba, hingga beberapa surat deklarasi lainnya yang harus dibuat dari awal. Di samping itu, pertanyaan dari esai juga ada yang diganti dengan jumlah karakter yang 100 kata lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 250 kata.
Selain administrasi, saya juga mengikuti ada seleksi internal yang dibuka oleh KUI ULM bekerja sama dengan Lembaga Bahasa ULM untuk mempermudah mahasiswa dalam mengurus Surat Rekomendasi yang ditandatangani Wakil Rektor Bidang Akademik melalui seleksi. Saat itu, kami diseleksi berdasarkan skor berbahasa Inggris di atas batas minimal melalui proses beberapa tahap: seleksi skor, pre-test, bimbingan intensif, dan post-test. Nama mahasiswa yang terpilih nantinya akan difasilitasi biaya English Proficiency Test menggunakan Duolingo English Test secara gratis (KUI ULM tetap memberikan kesempatan yang terbuka bagi mahasiswa di luar daftar tersebut untuk mendaftar dengan syarat melampirkan bukti tes berbahasa Inggris sesuai persyaratan IISMA). Setelah masuk dalam daftar nama mahasiswa terpilih tersebut, saya semakin intensif dalam mengurus administrasi lainnya. Pun proses mobilisasi dalam mengurus berkasnya dirasa jauh lebih mudah karena didukung dengan situasi kampus yang sudah berjalan luring.
Di tahun 2022, IISMA bekerja sama dengan lebih dari 70 universitas terbaik luar negeri. Selain itu, mereka memperbolehkan mahasiswa untuk memilih dua universitas tujuan yang mana akan menjadi cadangan mahasiswa bila tidak memenuhi standar di pilihan pertama. Hal ini menjadi cukup tricky bagi saya pribadi karena harus memposisikan strategi dengan baik untuk bisa masuk di salah satunya. Dengan mematangkan tujuan studi dengan baik, saya bisa memilih dua pilihan universitas di tahun ini, yaitu Maastricht University di Belanda dan University of Granada di Spanyol. Kedua universitas ini saya pilih karena mereka termasuk dua negara Eropa yang menjadi peringkat 1 dan 6 untuk negara terbaik tempat anak hidup berdasarkan UNICEF. Sementara tujuan saya ke depan ingin membangun karir ke ranah social di pengembangan dan perlindungan anak.
Satu hal yang membuat saya merasa aplikasi IISMA saya tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya adalah dari segi tujuan atau purpose. Sedikit refleksi, di tahun 2021, saya memilih mata kuliah dan universitas sebatas untuk ingin mengeksplorasi sesuatu yang ‘baru’ dan memenuhi rasa penasaran saya saja. Itu. Namun di tahun ini. Karena menjadi kesempatan terakhir, saya lebih banyak berpikir bahwa memenuhi rasa penasaran saja tidak cukup. Karena bila demikian, bila itu terpenuhi, setelah itu mau apa? Oleh karenanya, menurut saya, perlu ada purpose dulu. Tujuan mengikuti program pertukaran pelajar untu ke luar negeri perlu diluruskan lebih serius. Mungkin ini terkesan klise bagi beberapa orang. Cuma bila ingin kokoh pilihannya, perlu ada penentu arah kita dulu. Karena dari pemilihan mata kuliah, fokus universitas, fasilitas kampus, tenaga akademisi, sampai pertimbangan ke culture negaranya juga perlu ini.
Dari proses ini, semua pemberkasan saya dilancarkan hingga masuk ke tahap wawancara. Bagi saya ini adalah tahap yang paling menegangkan semenjak tahun lalu saya juga jatuh di tahap ini. Saya perlu bentuk penerimaan diri yang sangat kuat untuk bisa berdamai dengan kegagalan yang saya lakukan sendiri dari tahun lalu. Namun dengan berusaha berempati dengan diri sendiri, saya mencoba untuk melakukan yang terbaik sepanjang wawancara agar tidak ada bentuk penyesalan yang tertinggal sekalipun saya berakhir ditolak kembali.
Saya mencoba memilih-milah untuk mengenakan pakaian terbaik, berlatih dengan berbagai alumni dan penerima beasiswa keluar negeri yang bisa saya jangkau, terus memperbaiki jawaban demi jawaban yang potensial akan ditanyakan. Di tengah-tengah pun IISMA beberapa kali memunculkan pengumpulan berkas baru yang mana saya kami perlu untuk terus siaga setiap saat di portal. Semua saya ikuti dengan sekhusyuk mungkin. Ketika tiba hari wawancara, saya mendapatkan jadwal hari ketiga di sesi siang.
Proses wawancara berlangsung dengan lancar, walaupun di tengah-tengah saya menjawab pertanyaan ada distraksi dari orang lain, saya coba fokus 100% untuk menjawab pertanyaan seputar diri saya, alasan saya mendaftar, cara menghadapi tantangan di kedua negara pilihan saya, hingga cara berbaur dengan masyarakat setempat dan internasional sana. Sepanjang wawancara pun cukup perlu mempersiapkan diri dengan baik karena pewawancara hanya menanyakan via suara di Zoom tanpa menunjukkan wajahnya (off cam). Untungnya, seluruh persiapan saya bisa saya cukupkan setelah proses wawancara selesai dan tersisa menunggu pengumuman.
Pengumuman muncul kurang lebih sepekan setelah wawancara terakhir dilakukan. Pengumuman dibuka pada pukul 20.00 WITA, yang mana saya sendiri juga akan melakukan wawancara untuk tugas mata kuliah Kode Etik Psikologi di 21.00 WITA untuk mewawancarai peneliti psikologi yang sedang berkuliah di Amerika Serikat. Jadi di sela-sela itu, saya memberanikan diri untuk membuka pengumuman akhir dan semua perjalanan saya di dua tahun belakang terbayar dengan tertulisnya nama universitas tujuan saya Centro de Lenguas Modernas de la Universidad de Granada di laman pengumuman.
Ucapan terima kasih akan terus saya ucapkan untuk setiap orang yang membantu saya dalam proses ini, terkhusus dari pihak program studi dan KUI yang selalu mendampingi hingga saya bisa menjadi salah satu dari enam orang di ULM yang lulus di program Indonesia Internasional Student Moblity Awards 2022 ini sekaligus yang pertama dari Psikologi ULM yang berkesempatan menempuh pendidikan satu semester di benua Eropa. Semoga kesempatan ini bisa membuka pintu-pintu kesempatan baru bagi teman-teman program studi Psikologi yang memiliki ambisi yang sama dengan saya. Doa yang baik untuk langkah-langkah perjalanan ini ke depan, untuk diri sendiri dan sekitar saya.
Bagi yang ingin mengetahui tentang IISMA, bisa cek Instagram Highlight Story saya di Instagram https://instagram.com/ulfija atau klik di sini: https://www.instagram.com/stories/highlights/17865961499740418/?hl=en
Dokumentasi
Sesi Tanya Jawab Pembekalan Psikologis Kontingen Eropa
Sesi Wawancara Tentang IISMA Bersama Wakil Rektor Akademik ULM dan Banjarmasin Post
Sesi Welcoming Awardee Kontingen Eropa
Sumber :
Nama Penulis : Muhammad Fadhillah, SE
Asal Program Studi : Program Studi Psikologi FK ULM
Nama Editor : Rendy Alfiannoor Achmad, S.Psi., M.A
Tanggal Penulisan : 14 Juli 2022